Rabu, 25 November 2009

ARTI KEBHINEKAAN

Sodaraku Setanah Air Yang Kucintai, Bangkitlah...Bangkitkan Jiwamu, Sadarkan Bahwa Kamu Terlahir Dibumi Nusantara Yang Kaya Dengan Beragam Adat, Budaya dan Agama. Sadar Bahwa kalian Tidak Bisa Diseragamkan akan Tetapi dapat Dipersatukan Dengan Satu Visi,Tujuan, Harapan maupun Impian Yang Sama. Dan tentunya Impian Kita bersama Adalah Untuk Hidup Damai dan Sejahtera. Dan untuk itu kita harus menerima dan menghargai serta saling mengapresiasikan segala perbedaan yang ada.
Krisis yang dialami negeri kita sungguh multi-dimensional, sekian banyak sisinya-ada sisi ekonomi, sisi politik, bahkan sisi agama. Diatas segalanya, Krisis segala Krisis yang tengah kita alami saat ini sesungguhnya adalah Krisis Jati Diri. Kita lupa Bahwa kita ini siapa. kita lupa potensi diri kita, Kemampuan kita. Kita menjadi bangsa pengemis.
Kita sibuk membedaki wajah kita yang penuh noda. kadang kita mengemis bedak dari Barat, Kadang kita mendapat sedekah dari Timur Tengah, kadang dikasihani oleh Jepang dan Cina sungguh menyedihkan.
Kita harus berani bercermin. berani menghadapi kenyataan, berani melihat wajah penuh noda. Demikianlah adanya, Itulah wajah kita. Tidak perlu dibedaki, mari kita sama2 membersihkan wajah kita, dengan Cara Kita, dengan aturan milik kita, milik bangsa Indonesia. Sudah Cukup kita memakai cara Barat, Timur Tengah atau yang lainnya. Sekali lagi itu hanya akan menjadi topeng bagi kita, Keaslian kita-Jati Diri kita toh akan bersih dengan cara dan aturan budaya kita sendiri.
Harus kita ingat, Budaya asal kita sudah berusia lebih dari 5000 tahun, dan itu sudah mapan, sudah memiliki bentuk khas Nusantara. Budaya-budaya asing yang saat ini mempengaruhi kita sesungguhnya masih mencari bentuk, masih belum berakar.
Di Indonesia lagi-lagi, silahkan kau beragama Islam, Khatolik, Kristen, Hindu, Buddhis, apa saja, kau adalah orang Indonesia-Indonesia yang beradab dan sudah berbudaya jauh sebelum budaya-budaya yang kau kagumi saat ini masih belum lahir.
Hanya ada satu cara agar bangsa kita dapat keluar dari badai cobaan yang dahsyat ini, yaitu dengan menumbuh kembangkan lagi nilai-nilai luhur bangsa dan menyandang kembali Identitas sebenarnya.
Segala masalah menjadi begitu sulit-menjadi begitu berat dan semakin kacau, karena ketika kita jatuh atau sedang diuji kita kehilangan kepercayaan diri. ketika kita telah kehilangan kepercayaan diri, kita malah lari sana-lari sini. Kemudian yang lari itu kembali dengan membawa Budaya dan Ideologi luaran. Ada yang membawa dan menekankan Identitas Barat untuk masuk dan mendominasi budaya Indonesia. Ada juga yang memaksakan peng-Arab-isasian pada Ideologi dasar Negara ini...huh disinilah letak bertambah kacaunya bangsa kita.
Harus kita sadari. bahwasannya Identitas-identitas luaran itu tidak cocok bagi bangsa Indonesia. Budaya Kita sekali lagi saya katakan sudah mantap, sudah matang. Jadi tidak perlu Budaya luaran yang kalau di bawa ke Indonesia itu justru malah menjadi mentah, pahit dan butuh penyesuaian panjang.
Dari jaman dahulu, dari jaman kerajaan-dari sebelum negara ini didirikan perbedaan memang
sudah ada. Dari Perbedaan Suku, adat dan kepercayaan. Dahulu, perbedaan justru adalah ujung tombak berdirinya bangsa besar dan kaya yang kita cintai ini. Orang-orangnya adalah meraka yang menganggap perbedaan adalah suatu berkah. Mereka sesungguhnya justru adalah penghuni sejati Negeri ini-pendiri sejati pula Bangsa ini. Nah... Kalau Baratisasi atau Arabisasi sampai terjadi di Negeri ini, Bukankah kita adalah penghianat Bagi Bangsa ini, yang tidak menghargai para pendiri bangsanya yang telah mencurahkan keringat dan darah mereka untuk membangun negeri ini.
Dahulu bangsa ini pun pernah mengalami badai yang tak kalah dahsyatnya dengan saat ini. Akan tetapi kita mampu melewatinya. Apa yang membuat kita mampu melewatinya? Semangat untuk Bangkit Bersama dengan memiliki tujuan yang sama pula. Tapi Saat ini, jangankan untuk memliki semangat kebersamaan, untuk tujuan saja kita berbeda. Ya... itulah dampak dari pemakaian Identitas luaran. Identitas yang sesungguhnya bukan milik Bangsa Indonesia.