Minggu, 14 Februari 2010

Anand Krishna Bantah Lakukan Pelecehan Seksual

Sabtu, 13 Februari 2010 14:38 WIB
Penulis : Arnold Dhae

Anand Krishna Bantah Lakukan Pelecehan Seksual

MI/M Irfan

DENPASAR--MI: Guru spiritual lintas agama Anand Krishna melalui Ketua Yayasan Anand Ashram Maya Safira Muktar, Sabtu (13/2) membantah telah melakukan pelecehan seksual terhadap dua orang murid Meditasi Anand Krishna.

"Saya berbicara atas nama Anand Krishna. Beliau berpesan untuk melakukan klarifikasi bahwa semua yang dituduhkan tidak benar," ujar Maya. Menurut Maya, saat ini Anand Krishna tidak bisa ditemui dan tidak bisa wawancara langsung karena sedang mempersiapkan acara Meditasi Internasional di daerah Ubud, Gianyar.

Menurut Maya semua tuduhan tersebut adalah fitnah. Pelapor mengatakan mereka adalah murid-murid Anand Krishna. Padahal di Yayasan Anand Ashram tidak ada istilah guru dan murid. Penyebutan Anand Krishna sebagai seorang guru itu sangat tergantung pada pribadi masing-masing karena merasa bermanfaat dengan terapi spiritual yang diberikan Anand Krishna.

Lagi pula, peluang untuk melakukan pelecehan seksual sangat tidak mungkin karena meditasi dan penyembuhan dilakukan secara grup di ruangan terbuka. Tidak ada istilah pelatihan meditasi privat di Yayasan Anand Ashram.

Tuduhan tersebut dinilai merupakan fitnah untuk menjatuhkan nama besar Anand Krishna sebagai guru spiritual lintas agama. Pihak ACK akan melakukan upaya hukum bila tidak terbukti melakukan seperti yang dituduhkan kepadanya.

Kecurigaan ini cukup beralasan karena pelapor atas nama Sumida adalah mantan karyawan Yayasan Anand Ashram. Sumida mengundurkan diri karena ditegur beberapa kali oleh pihak yayasan. (OL/OL-06)

Tidak Ada Hipnotis dalam Meditasi Anand Krishna

Sabtu, 13 Februari 2010 | 13:54 WIB
shutterstock
TERKAIT:


DENPASAR.KOMPAS.com- Menanggapi adanya dugaan hipnotis yang dilakukan oleh Anand Krishna terhadap dua mantan pengikut meditasinya yang melaporkan ke Komnas Perempuan atas tuduhan pelecehan seksual, Ketua Yayasan Anand Ashram, Maya Safira Muchtar dengan tegas membantah adanya praktik hipnotis di dalam meditasi Anand Krishna.

"Wah kalau pakai hipnotis pengikutnya kan banyak sekali, ini aja kelas cuma beberapa yang datang,” kata Maya.

"Dalam pengalaman meditasi, semua orang memiliki obsesi, baik yang terselesaikan maupun yang terpendam. Jika masih terpendam terkadang akan mengalami halusinasi namun bukan hipnotis,” jelas wanita yang juga menjadi Terapist di yayasannya.

Latihan-latihan yang dilakukan di sini menciptakan relaksasi yang dalam sekali sehingga seseorang dalam posisi duduk akan timbul obsesi-obsesi yang muncul dan jika tidak bisa mengendalikan akan keluar halusinasi.

“Kalau obsesi bawah sadar masih menyimpan banyak hal, sedikit saja hal yang dipicu akan muncul seperti kemarahan, kebencian kalau kita tidak bisa mengendalikan diri akan ada ekspresi seperti itu,” tambah dokter Wayan Prayoga salah seorang therapist di Adnan Krishna Center Denpasar.

Jumat, 04 Desember 2009

PETISI PENGHAPUSAN KOLOM AGAMA PADA KTP

Telah banyak korban yang berjatuhan karena penyalahgunaan kolom agama di KTP oleh orang –orang yang tidak bertanggungjawab di Indonesia. Hal ini semakin membuat negara kita mengalami disintegrasi. Kami menyadari bahwa selama ini banyak perang terjadi karena masalah agama seperti di Lebanon, dimana kolom agama di KTP telah membawa malapetaka yang menelan ribuan jiwa hingga pemerintah mereka menghapuskannya.

Maka dengan semangat menjaga Keutuhan Bangsa Indonesia dan Menjunjung Pancasila maupun UUD 1945, kami yang bertandatangan dibawah ini setuju untuk menghapus kolom agama di KTP untuk mencegah disintegrasi bangsa dan diskriminasi sipil atas nama agama.

Damai Indonesia ! Indonesia Jaya !



Berdasarkan Konferensi Pers 1 Maret 2007 ( Bila Diperlukan )

Tokoh Muhammadiyah Dawam Rahardjo menilai, “Pengadaan kolom agama pada KTP mendatangkan lebih banyak mudaratnya ketimbang manfaat. Jadi karena itu perlu dihapus. Kita ini Bangsa Indonesia.” Karena menurutnya penghapusan kolom itu tidak berarti penghapusan identitas.

Mama Lauren menyatakan turut berjuang dalam penghapusan kolom agama. “Yang kita perlukan sekarang adalah kesadaran. Kita masih memakai Pancasila, Bhinneka Tunggal Ika. Bila kita kembali ke Pancasila, semua ini tak akan terjadi,”tuturnya

Bapak Anand Krishna memberikan alasan, “Kenapa issu KTP yang diungkit, karena pencantuman kolom agama pada KTP adalah senjata yang kita berikan pada orang yang tidak bertanggungjawab. Berdasarkan itu mereka bisa saling bunuh-membunuh. Kenapa kita harus beri senjata? Jadi, kita tarik dulu senjatanya sambil kita menciptakan kesadaran. Pikiran lalu dirubah.”

Lebih lanjut Bapak Anand Krishna menambahkan, “Apa yang dapat kita pelajari dari pengalaman negara Pakistan, bahwa radikalisme yang terjadi di negeri kita ini juga awalnya terjadi dari hal-hal kecil. Kelihatan tidak apa-apa, tapi sedikit-sedikit akan terjadi radikalisasi dan nantinya akan mengantar bangsa kita ke mana? Kita tidak bisa membayangkan.” Beliau memberi contoh, dengan memisahkan anak-anak sewaktu pelajaran agama, seorang anak yang berbeda keyakinannya akan merasa berbeda dari yang lainya. Saat itu telah terjadi penanaman bibit perpecahan.

Obat Terorisme Adalah Cinta Ibu Pertiwi

Obat Terorisme Adalah Cinta Ibu Pertiwi

Jakarta, CyberNews. National Integration Movement (NIM) menyatakan bangsa Indonesia harus menerima fakta bahwa negeri ini telah dijadikan sasaran empuk terorisme dan lahan penggemblengan radikalisme.

"Indonesia telah menjadi salah satu sasaran empuk terorisme dan lahan subur bagi tumbuhnya radikalisme dan terorisme dunia. Fakta ini memang menyakitkan tapi selayaknya diakui, diterima dam kemudian diperbaiki dengan mencari penawarnya," demikian siaran pers National Integration Movement (NIM) ke redaksi SM CyberNews.

Menurut NIM obat penawar bagi terorisme dan radikalisme adalah rasa cinta kepada Ibu Pertiwi. Karena itu, National Integration Movement (NIM) bersama lembaga non-politik, dan non profit akan mengadakan perayaan guna memperingati Hari Bhakti Bagimu Ibu Pertiwi pada Selasa (1/9) di Padepokan One Earth, Ciawi, Bogor. "Kami sengaja mengambil tema Cinta Ibu Pertiwi Antidot Terorisme," ungkap NIM.

Peringatan Hari Bhakti Bagimu Ibu Pertiwi ini telah dilakukan secara berkala sejak Simposium "Bagimu Ibu Pertiwi" di Gedung Lemhanas 1 September 2005 yang dibuka Menhan Juwono Sudarsono dan Gubernur Lemhanas Muladi. "Acara ini bertujuan membangkitkan rasa mencintai dan berbhakti bagi negara yang disimbolkan dengan Ibu Pertiwi," jelas Direktur Eksekutif NIM Dr Wayan Sayoga.

Sumber: http://suaramerdeka.com/v1/index.php/read/news/2009/09/01/35518

Perekonomian Rakyat ( Koperasi )

Pidato Bung Hatta - Bapak Koperasi Indonesia - tanggal 12 Juli 1951 (ringkasan dari berbagai sumber)

Bung Hatta"Apabila kita membuka UUD 45 dan membaca serta menghayati isi pasal 38, maka nampaklah di sana akan tercantum dua macam kewajiban atas tujuan yang satu. Tujuan ialah menyelenggarakan kemakmuran rakyat dengan jalan menyusun perekonomian sebagai usaha bersama berdasar atas azas kekeluargaan. Perekonomian sebagai usaha bersama dengan berdasarkan kekeluargaan adalah koperasi, karena koperasilah yang menyatakan kerja sama antara mereka yang berusaha sebagai suatu keluarga. Di sini tak ada pertentangan antara majikan dan buruh, antara pemimpin dan pekerja. Segala yang bekerja adalah anggota dari koperasinya, sama-sama bertanggung jawab atas keselamatan koperasinya itu. Sebagaimana orang sekeluarga bertanggung jawab atas keselamatan rumah tangganya, demikian pula para anggota koperasi sama-sama bertanggung jawab atas koperasi mereka. Makmur koperasinya, makmurlah hidup mereka bersama, rusak koperasinya, rusaklah hidup mereka bersama."

http://www.anandkrishnacooperation.org/

Rabu, 25 November 2009

ARTI KEBHINEKAAN

Sodaraku Setanah Air Yang Kucintai, Bangkitlah...Bangkitkan Jiwamu, Sadarkan Bahwa Kamu Terlahir Dibumi Nusantara Yang Kaya Dengan Beragam Adat, Budaya dan Agama. Sadar Bahwa kalian Tidak Bisa Diseragamkan akan Tetapi dapat Dipersatukan Dengan Satu Visi,Tujuan, Harapan maupun Impian Yang Sama. Dan tentunya Impian Kita bersama Adalah Untuk Hidup Damai dan Sejahtera. Dan untuk itu kita harus menerima dan menghargai serta saling mengapresiasikan segala perbedaan yang ada.
Krisis yang dialami negeri kita sungguh multi-dimensional, sekian banyak sisinya-ada sisi ekonomi, sisi politik, bahkan sisi agama. Diatas segalanya, Krisis segala Krisis yang tengah kita alami saat ini sesungguhnya adalah Krisis Jati Diri. Kita lupa Bahwa kita ini siapa. kita lupa potensi diri kita, Kemampuan kita. Kita menjadi bangsa pengemis.
Kita sibuk membedaki wajah kita yang penuh noda. kadang kita mengemis bedak dari Barat, Kadang kita mendapat sedekah dari Timur Tengah, kadang dikasihani oleh Jepang dan Cina sungguh menyedihkan.
Kita harus berani bercermin. berani menghadapi kenyataan, berani melihat wajah penuh noda. Demikianlah adanya, Itulah wajah kita. Tidak perlu dibedaki, mari kita sama2 membersihkan wajah kita, dengan Cara Kita, dengan aturan milik kita, milik bangsa Indonesia. Sudah Cukup kita memakai cara Barat, Timur Tengah atau yang lainnya. Sekali lagi itu hanya akan menjadi topeng bagi kita, Keaslian kita-Jati Diri kita toh akan bersih dengan cara dan aturan budaya kita sendiri.
Harus kita ingat, Budaya asal kita sudah berusia lebih dari 5000 tahun, dan itu sudah mapan, sudah memiliki bentuk khas Nusantara. Budaya-budaya asing yang saat ini mempengaruhi kita sesungguhnya masih mencari bentuk, masih belum berakar.
Di Indonesia lagi-lagi, silahkan kau beragama Islam, Khatolik, Kristen, Hindu, Buddhis, apa saja, kau adalah orang Indonesia-Indonesia yang beradab dan sudah berbudaya jauh sebelum budaya-budaya yang kau kagumi saat ini masih belum lahir.
Hanya ada satu cara agar bangsa kita dapat keluar dari badai cobaan yang dahsyat ini, yaitu dengan menumbuh kembangkan lagi nilai-nilai luhur bangsa dan menyandang kembali Identitas sebenarnya.
Segala masalah menjadi begitu sulit-menjadi begitu berat dan semakin kacau, karena ketika kita jatuh atau sedang diuji kita kehilangan kepercayaan diri. ketika kita telah kehilangan kepercayaan diri, kita malah lari sana-lari sini. Kemudian yang lari itu kembali dengan membawa Budaya dan Ideologi luaran. Ada yang membawa dan menekankan Identitas Barat untuk masuk dan mendominasi budaya Indonesia. Ada juga yang memaksakan peng-Arab-isasian pada Ideologi dasar Negara ini...huh disinilah letak bertambah kacaunya bangsa kita.
Harus kita sadari. bahwasannya Identitas-identitas luaran itu tidak cocok bagi bangsa Indonesia. Budaya Kita sekali lagi saya katakan sudah mantap, sudah matang. Jadi tidak perlu Budaya luaran yang kalau di bawa ke Indonesia itu justru malah menjadi mentah, pahit dan butuh penyesuaian panjang.
Dari jaman dahulu, dari jaman kerajaan-dari sebelum negara ini didirikan perbedaan memang
sudah ada. Dari Perbedaan Suku, adat dan kepercayaan. Dahulu, perbedaan justru adalah ujung tombak berdirinya bangsa besar dan kaya yang kita cintai ini. Orang-orangnya adalah meraka yang menganggap perbedaan adalah suatu berkah. Mereka sesungguhnya justru adalah penghuni sejati Negeri ini-pendiri sejati pula Bangsa ini. Nah... Kalau Baratisasi atau Arabisasi sampai terjadi di Negeri ini, Bukankah kita adalah penghianat Bagi Bangsa ini, yang tidak menghargai para pendiri bangsanya yang telah mencurahkan keringat dan darah mereka untuk membangun negeri ini.
Dahulu bangsa ini pun pernah mengalami badai yang tak kalah dahsyatnya dengan saat ini. Akan tetapi kita mampu melewatinya. Apa yang membuat kita mampu melewatinya? Semangat untuk Bangkit Bersama dengan memiliki tujuan yang sama pula. Tapi Saat ini, jangankan untuk memliki semangat kebersamaan, untuk tujuan saja kita berbeda. Ya... itulah dampak dari pemakaian Identitas luaran. Identitas yang sesungguhnya bukan milik Bangsa Indonesia.